Silahkan Mencari !!!

Info!!!

kelanjutan fan fiction & recap drama semua ada di blog q yang baru
fanfic : www.ff-lovers86.blogspot.com
recap : www.korea-recaps86.blogspot.com
terima kasih...

Senin, 30 Agustus 2010

Jejoongwon (Episode 12)

Terjadi ledakan di laboratorium. Do Yang ada di dalamnya.

Hwang Jung dan Seok Ran bergegas berlari menuju ke ruangan tersebut.

"Do Yang... ada.. di dalam..." kata Je Wook. Ia juga terluka dan terlempar keluar.

"Apa?! Tuan Muda ada di dalam?!" seru Seok Ran cemas.

Orang-orang berbondong-bondong datang.

Hwang Jung menoleh ke arah Seok Ran, yang kelihatan sangat mengkhawatirkan Do Yang. Ia kemudian masuk ke dalam bangunan untuk menyelamatkan Do Yang.

"Tuan!" teriak Gwak.

Hwang Jung menerobos api dan membopong Do yang yang saat itu pingsan.

Hwang Jung berhasil membawa Do Yang keluar, dan membawanya ke ruang pengobatan.

Badan Do Yang dipenuhi oleh darah dan luka bakar.

Hwang Jung dan Seok Ran mengipasi tubuh Do Yang agar lebih dingin, sementara Dr. Allen mengeluarkan serpihan-serpihan kaca yang menusuk tubuh Do Yang.

Do Yang tersadar. "Apa yang terjadi?" tanyanya.

"Kau pingsan ketika aku menemukanmu." kata Hwang Jung.

"Ada sesuatu yang meledak." kata Do Yang lemah.

"Kau ingat sesuatu?" tanya Seok Ran. Do Yang menggeleng.

Dr. Allen meminta Hwang Jung membawakan obat oles untuk luka bakar Do Yang.

"Ini hampir habis." kata Allen. "Ambillah di apotek." pintanya pada Hwang Jung.

"Hanya itu yang tersisa." kata Hwang Jung.

"Apa maksudmu? Kita masih punya sedikit beberapa hari yang lalu." kata Allen.

"Aku ingin mengambilnya tadi pagi, tapi tidak ada lagi yang tersisa disana." kata Hwang Jung.

Di rumah Bordir, Baek Kyu Hyun membawa obat oles itu.

"Itu obat oles. Jika kau mengoleskannya pada luka, gigitan serangga, atau luka bakar, maka luka tersebut akan sembuh dalam sekejap." kata Kyu Hyun pada salah seorang wanita.

"Kau ingin aku membayar untuk ini?" tanya si wanita.

"Kau tidak bisa membeli itu dengan uang! Cepat sediakan aku satu meja penuh arak!" ujar Kyu Hyun.

Baek Kyu Hyun saat itu sedang bersenang-senang bersama para perawat Jejoongwon, dan juga Chung Hwan.

Beberapa saat kemudian, mendadak Mong Chong datang dan mengatakan bahwa terjadi kebakaran di Jejoongwon dan Do Yang terluka. Mong Chong meminta mereka segera kembali ke Jejoongwon.

Mong Chong berkata bahwa Dr. Allen sedang membutuhkan obat oles, namun obat oles tersebut habis.

Diam-diam, Kyu Hyun kembali lagi ke rumah Bordir untuk mengambil kembali obat oles yang tadi diberikannya pada wanita di sana.

Kim Don melaporkan kejadian di Jejoongwon pada Duta Besar Jepang dan Watanabe.

Duta Jepang mengatakan padanya, jangan sampai ia meninggalkan barang bukti di tempat kejadian.

Kim Dom berpikir, kemudian teringat sesuatu.

"Ada apa?" tanya Duta Jepang. "Apa kau melakukan kesalahan?"

"Aku membuka paksa lemari untuk mengambil asam nitrit." kata Kim Don. "Jika lemari tersebut tidak terbakar, maka mungkin itu akan meninggalkan barang bukti."

"Cepat lenyapkan semua bukti!" seru Watanabe.

"Baik, Tuan!"

Dr. Allen mengobati Do Yang dengan obat oles.

"Bagaimana bisa kau tidak melihat obat oles itu?!" seru Kyu Hyun menyalahkan Hwang Jung. "Dia pasti buta!"

"Maafkan aku." kata Hwang Jung sabar.

"Aku bersyukur kita bisa menemukan obat oles itu." Seok Ran membela Hwang Jung.

"Apa yang terjadi?" tanya Chung Hwan.

"Aku belum tahu dengan pasti." jawab Allen. "Bahan kimia tersebut bereaksi, namun jumlahnya tidak cukup menyebabkan ledakan. Tapi karena di laboratorium penuh dengan bahan kimia, hal seperti ini bisa saja terjadi."

"Apa maksudmu?" tanya Chung Hwan. "Beginikah caramu mengatur kelasmu?"

"Pengelola Oh, Dr. Allen sedang melakukan pengobatan." ujar Do Yang.

Oh Chung Hwan terus saja menyalahkan Allen. "Apa yang akan kau lakukan jika ledakan ini terjadi saat pada murid ada di dalam kelas?!"

"Maafkan aku." kata Allen. "Ini semua salahku. Aku akan melaporkan ini pada polisi agar mereka bisa menyelidiki semuanya."

Kyu Hyun menjadi khawatir. "Apa kau ingin orang luar mengetahui masalah ini? Bagaimana jika Yang Mulia tahu?"

"Itu bukan ide bagus." kata Chung Hwan. "Untuk saat ini, biar kita saja yang menyelidiki masalah ini. Siapa kelompok sebelum kelompokmu?" tanya Chung Hwan pada Do Yang.

Do Yang tidak menjawab. Je Wook menjawab, "Kelompok Hwang."

"Jika Hwang masuk sebelum kelompokmu, bukankah berarti dialah yang harus dicurigai?" tanya Kyu Hyun, mulai mencari-cari kesalahan Hwang Jung lagi.

"Pikirkanlah baik-baik. Mungkin saja ada barang bukti." kata Chung Hwan.

Do Yang tidak ingin memikirkan hal itu. "Aku tidak ingat, dan aku tidak ingin mengingat." katanya. "Aku hampir mati ketika Hwang Jung menolongku. Aku tidak bisa memikirkan itu. Aku akan merasa lebih baik jika berpikir bahwa kecelakaan dan ledakan itu bukanlah perbuatannya."

Di luar, Hwang Jung dipukuli oleh teman-teman sekelasnya. Go Jang Geun ingin menolong, namun tidak bisa melakukan apa-apa.

"Kau sudah membunuh ayahnya dan kini kau ingin membunuh Do Yang?"

"Bukan! Bukan kami yang melakukannya!" teriak Jang Geun. "Semuanya baik-baik saja ketika kami meninggalkan kelas itu!"

"Jika baik-baik saja, maka kenapa bisa meledak?" tanya Je Wook.

"Kami juga tidak tahu!" teriak Jang Geun.

Gwak melihat Hwang Jung dikeroyok, kemudian menolongnya dengan berbohong bahwa Allen datang.

"Kau menerobos api untuk menyelamatkannya, tapi mereka masih menuduhmu." kata Gwak kesal. "Jika hal ini terjadi lagi, biarkan saja dia mati!"

"Ledakkan itu mungkin memang kesalahanku." kata Hwang Jung. "Mungkin perhitunganku salah, kemudian menyebabkan bahan kimia lain meledak."

"Perhitunganmu salah?" tanya Gwak. "Tidak mungkin! Kau bahkan bisa memotong daging dengan ukuran yang tepat tanpa menggunakan pengukur! Bahkan jika itu memang kesalahanmu, jangan menerimanya begitu saja! Lawan mereka atau mereka akan tetap menyiksamu! Aku akan mati frustasi karenamu!"

Hwang Jung tertawa. "Hanya kau satu-satunya orang yang peduli padaku, Jak Dae."

Seok Ran mengipasi punggung Do Yang yang terbakar. Do Yang senang karena Seok Ran menjaga dan merawatnya.

Do Yang mulai merasa kesal ketika Seok Ran membicarakan tentang bagaimana Hwang Jung menyelamatkannya. Ia selalu merasa kesal jika Seok Ran menyebut-nyebut nama Hwang Jung.

Kim Don masuk ke laboratorium untuk menghilangkan barang bukti. Ia mengambil sebuah paku yang terjatuh di lantai, kemudian hendak memperbaiki lemari yang sebelumnya telah ia buka dengan paksa.

Mendadak terdengar suara seseorang masuk. Kim Dom diam, tidak bergerak.

Hwang Jung masuk ke ruangan tersebut sambil membawa lentera. Ruangan tersebut sangat gelap sehingga ia tidak bisa melihat apapun.

Terdengar suara.

"Siapa itu?" tanya Hwang Jung.

Dengan cepat, Kim Dom berlari kabur. Hwang Jung mencoba mengejarnya namun gagal. Ia belum sempat melihat Kim Don.

Hwang Jung berjalan dan memeriksa tempat penyusup tadi bersembunyi. Disana, ia melihat bahwa gembok lemari rusak akibat dibuka paksa.

Keesokkan harinya, Hwang Jung menunjukkan bukti tersebut pada Dr. Allen, Kyu Hyun dan Chung Hwan.

"Darimana kau tahu?" tanya Kyu Hyun pada Hwang Jung. "Kau hanya bisa tahu jika kau telah melakukan sebelumnya."

Dr. Allen melihat lemari yang dibuka paksa. Asam nitrit disana telah habis. "Pelaku pasti memakan asam nitrit untuk membuat nitrogliserin!" kata Allen.

"Tapi kita tidak punya gliserol." kata Hwang Jung.

"Gliserol tersedia di apotek." kata Allen. Ia bergegas menuju ke apotek.

"Akses masuk ke apotek ini terbatas." kata Kyu Hyun, selalu mencari-cari alasan agar bisa menyalahkan Hwang Jung. Ia menunjuk Hwang Jung. "Kau pasti sering masuk ke sini karena kau adalah seorang asisten."

"Pengelola Baek, aku bukan pelakunya." kata Hwang Jung sabar.

"Tidak ada yang tahu dengan pasti, kan?" tanya Kyu Hyun.

Allen memeriksa isi lemari. "Satu botol asam nitrit hilang."

"Itu artinya, pelaku adalah orang dalam." kata Chung Hwan.

Hwang Jung berpikir. "Dokter, obat-obatan sering sekali hilang dari apotek. Mungkinkah pelakunya orang yang sama?"

"Itu.. itu omong kosong!" seru Kyu Hyun. Yang sering mengambil obat-obatan di apotek untuk dijual adalah Kyu Hyun dan Chung Hwan.

"Aku dengar, obat-obatan barat dijual di pasaran." Hwang Jung berkata tanpa memedulikan Kyu Hyun. "Jika kita menemukan siapa yang mencuri obat-obatan, maka kita akan menemukan pelakunya."

"Aku setuju denganmu." kata Allen.

Chung Hwan dan Kyu Hyun berpandangan cemas.

Pagi harinya, Seok Ran membacakan sebuah novel bahasa Inggris untuk Do Yang.

Hwang Jung masuk untuk mengantarkan obat-obatan.

Secara tidak langsung, Do Yang menuduh Hwang Jung-lah yang menyebabkan ledakan. Ia berterima kasih dengan sinis pada Hwang Jung karena telah menyelamatkan nyawanya.

Hwang Jung kembali ke kamar.

Nang Rang sedang membereskan kamarnya, sementara Jang Geun duduk di tempat tidur.

Nang Rang seepertinya agak kurang sehat karena ia terus-menerus batuk-batuk.

Hwang Jung menyentuh kening Nang Rang. "Kau demam. Kau harus memberi tahu Dr. Horton agar ia mengobatimu. Tidak, akulah yang akan mengatakannya sendiri. Ayo!"

"Aku sudah periksa ke Dr. Horton." kata Nang Rang. "Ia menyuruhku meminta obat dari Nona Seok Ran, tapi aku tidak bisa menemukannya."

"Nona Seok Ran sedang di ruang perawatan. Kurasa aku bisa mengambilkan obat untukmu. Ayo!" Hwan Jung mengajak Nang Rang ke apotek untuk mengambil obat.

"Apakah orang seperti aku... bisa menjadi perawat?" tanya Nang Rang penuh harap.

Hwang Jung terdiam. "Kau ingin aku bicara jujur?"

"Iya," jawab Nang Rang, sedikit cemas.

"Kurasa, kau bisa menjadi perawat yang hebat."

"Benarkah?" Nang Rang berkata senang.

Watanabe berkunjung ke Jejoongwon. Ia melihat Hwang Jung dan teringat saat Hwang Jung mengancamnya menggunakan jarum suntik.

"Kau! Apakah kau murid disini?" tanya Watanabe. "Apakah kau Hwang Jung?"

Hwang Jung tidak menjawab.

"Kudengar, kau dan Baek Do Yang adalah murid paling pandai di sini." ujar Watanabe.

Tiba-tiba Dr. Allen keluar dan menyapa Watanabe, mengajaknya masuk untuk berbincang.

"Aku datang kesini untuk meminta vaksin cacar." kata Watanabe.

"Sayang sekali, Jejoongwon belum memiliki vaksin cacar." kata Dr. Allen.

"Kau tidak memilikinya? Sungguh mengejutkan mengetahui bahwa rumah sakit modern pertama di Korea tidak memiliki vaksin cacar!" seru Watanabe, menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kami sudah mengirimkan dari Amerika, tapi menjadi tidak berfungsi ketika tiba di Korea." Dr. Allen menjelaskan. "Tapi kami sudah mengirim seseorang agar membawa vaksin tersebut dari Jaemulpo."

"Aku tidak yakin mereka akan mengizinkan kalian mengambilnya." ujar Watanabe. "Sungguh sangat menyedihkan! Cacar sedang merebak di masyarakat namun kau tidak memiliki vaksinnya!"

Watanabe kemudian memohon diri untuk menjenguk Do Yang.

Watanabe menawarkan Do Yang untuk belajar kedokteran di Jepang, namun Do Yang menolak. Ia lebih senang belajar di Jejoongwon.

Setelah bertemu Do Yang, Watanabe bertemu dengan Kim Don. Ia menyuruh Kim Don menyingkirkan Hwang Jung.

Istri Tuan Chun (yang berkelahi dan jambak-jambakan dengan para perawat) memeriksakan kandungannya ke Dr. Horton.

"Hari ini, bayiku menendang dan bermain di perutku." katanya senang.

Dr. Horton, dibantu oleh Seok Ran, memeriksa dengan seksama. Ia mengatakan pada Seok Ran (dalam bahasa Inggris) bahwa wanita itu tidak hamil, melainkan menderita pseudocyesis.

"Bagaimana? Bayiku perempuan atau laki-laki?" tanya si wanita.

"Sebenarnya.." Seok Ran berkata ragu-ragu. "Kau tidak benar-benar hamil."

"Apa maksudmu?"

"Maksudku... Keinginanmu untuk memiliki seorang bayi sangat besar sehingga kau mengalami gejala kehamilan.'

"Aku tidak hamil?" tanya wanita itu, terpukul. "Beraninya kau mempermainkan aku seperti ini!" Ia marah besar dan menjambak rambut Dr. Horton dan seorang suster.

Dr. Horton shock berat.

Nyonya Yoo sangat mengkhawatirkan keadaan Do Yang dan ingin menjenguk.

Di pihak lain, Tuan Yoo sedang melakukan perjalanan ke Jaemulpo untuk mengambil vaksin cacar. Chil Bok dan beberapa pelayan ikut dengannya.

Di kelas, Dr. Allen mengajarkan murid-murid mengenai cacar. Ia berkata bahwa cacar tidak ada obatnya, yang ada hanyalah cara mencegahnya, yakni dengan menggunakan vaksin. Jika seseorang pernah terkena cacar dan sembuh, maka ia tidak akan bisa terkena cacar lagi.

Tuan Yoo kembali dari Jaemulpo. Ia mengatakan bahwa rumah sakit Jepang di Jaemulpo menolak permintaan mereka untuk meminta vaksin cacar.

"Lalu apa ini?" tanya Allen.

"Ini adalah bubuk nanah dari pedagang Cing." jawab Tuan Yoo. "Penderita cacar memiliki bintik nanah di seluruh tubuhnya. Bubuk ini dibuat dari bintik yang telah mengering. Bubuk ini mengandung virus cacar. Dengan kata lain, jika bubuk ini dihisap, maka akan menghasilkan efek yang sama dengan vaksin."

Hwang Jung membuat cairan dari bubuk nanah agar murid-murid bisa menghisapnya.

"Jika kalian ingin menjadi dokter, maka kalian harus menghisapnya." kata Allen.

"Tolong maju satu per satu." kata Hwang Jung.

"Kenapa kau tidak menghisapnya juga?" tanya seorang murid pada Hwang Jung.

"Aku pernah terkena cacar saat masih kecil. Jadi aku sudah kebal." jawab Hwang Jung.

Murid-murid maju satu per satu dan mengambil sebuah kapas untuk diletakkan di hidung mereka. Je Wook enggan menggunakan kapas dihidungnya kemana-mana, oleh karena itu, Hwang Jung memintanya untuk menghisap langsung dari bubuknya.

Kim Don mengambil kapas, kemudian menyumpal hidungnya dengan kapas tersebut.

Saat murid-murid yang lain sedang bergiliran menyumpal hidung, Kim Don dengan diam-diam menyusup masuk ke kamar Hwang Jung. Ia berniat meletakkan palu di meja Hwang Jung untuk menfitnah Hwang Jung.

Belum sempat Kim Don melaksanakan rencananya, Nang Rang masuk.

"Aku sedang mencari Hwang. Tapi rupanya ia tidak ada disini." kata Kim Don berbohong.

"Kenapa kau memegang palu?" tanya Nang Rang.

"Tidak ada alasan." jawab Kim Don, menyimpan kembali palu di balik bajunya.

"Kurasa Tuan Hwang sedang membantu vaksinasi cacar." kata Nang Rang. "Apa kau belum kesana?"

"Belum." jawab Kim Don. Ia menyuruh Nang Rang melakukan pekerjaannya membersihkan kamar, kemudian ia berjalan keluar.

Nang Rang melihat sesuatu di hidung Kim Don. "Lebih baik kau melihat ke cermin." katanya.

Nyonya Yoo dan Tuan Yoo menjenguk Do Yang. Seok Ran menyuapi bubur pada Do Yang.

Karena Nang Rang sudah melihat Kim Don masuk ke kamar Hwang Jung, maka Kim Don harus melenyapkannya dari Jejoongwon.

Dengan diam-diam, Kim Don melemparkan sebuah kertas ke ruangan Chung Hwan dan Kyu Hyun, yang mengatakan bahwa Nang Rang-lah yang mencuri obat-obatan di apotek.

Kyu Hyun memanfaatkan kesempatan ini untuk melemparkan kesalahannya pada Nang Rang (karena kenyataannya, Kyu Hyun-lah yang mencuri obat di apotek).

Nang Rang diusir dari Jejoongwon.

Hwang Jung percaya pada Nang Rang. Gadis itu tidak akan mungkin bisa melakukan tindakan seperti itu. Lagipula, bagaimana bisa sebuah surat tidak dikenal bisa dipercaya? Namun Hwang Jung tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolong Nang Rang.

Gwak, Mong Chong, dan anak-anak jalanan melepas kepergian Nang Rang dengan tangisan.

"Selamat tinggal, Nona." Nang Rang pamit pada Miryung.

Miryung menangis.

Penyakit cacar merebak di masyarakat. Banyak orang yang mati karena penyakit tersebut. Warga yang terkena cacar disingkirkan dan dibuang ke sebuah tempat pembuangan. Rakyat ketakutan dan panik, melakukan berbagai upacara, dipimpin oleh para dukun, untuk mengusir setan penyebab penyakit cacar.

Dr. Allen melihat keadaan tersebut dengan sedih dan prihatin. Ia ingin membawa pasien yang masih hidup untuk dirawat di Jejoongwon, walaupun ia belum menemukan obatnya.

"Bagaimana kondisi murid-murid yang telah menghirup buburk nanah?" tanya Allen pada Hwang Jung.

"Setengah dari mereka mangalami cacar ringan, tapi setengahnya lagi tidak berpengaruh." jawab Hwang Jung. "Bubur tersebut pasti sudah tua."

"Vaksin cacar sapi adalah satu-satunya solusi kita." kata Allen. "Tuan Hwang, bawa murid-murid yang kebal terhadap vaksin."

"Mereka tidak bisa pergi begitu saja tanpa masker." kata Dr. Horton.

"Aku akan membuatnya." ujar Seok Ran menawarkan diri.

Seok Ran dan para perawat membuat masker, kemudian membagikannya pada murid-murid.

Kim Don menyembunyikan botol gliserol di kamar Hwang Jung.

Lagi-lagi, Kim Don melemparkan kertas ke ruangan Chung Hwan dan Kyu Hyun. Kali ini, kertas tersebut berisikan tuduhan terhadap Hwang Jung.

Di pihak lain, Ma Dang Gae dan kepala desa mengangkut mayat dan orang-orang yang terinfeksi cacar ke tempat pembuangan.

Setelah selesai melakukan pekerjaan tersebut, mereka berjalan pulang. Tanpa sengaja, Ma Dang Gae menginjak sebuah paku. Ia merintih kesakitan. "Aku tidak apa-apa." katanya.

Ma Dang Gae berpapasan dengan Hwang Jung, yang saat itu datang bersama Jang Geun dengan memakai masker.

Ma Dang Gae membungkuk memberi hormat pada Hwang Jung, kemudian berjalan pergi.

Hwang Jung menatap ayahnya dengan sedih.

Jang Geun berjalan terlebih dahulu untuk mencari penderita cacar yang masih hidup.

"Hwang, cepat kemari!" teriak Jang Geun.

Disana, Nang Rang terbaring tidak berdaya. Hwang Jung dan Jang Geun bergegas berlari kembali ke Jejoongwon untuk mengobati Nang Rang.

Di Jejoongwon, murid-murid berkumpul.

"Apa yang kalian lakukan disini?" tanya Hwang Jung.

"Hwang! Benda-benda ini ditemukan di kamarmu!" kata Kyu Hyun.

Hwang Jung menunduk dan melihat botol gliserol dan palu. "Apa ini?" tanyanya bingung.

"Botol gliserol ini adalah benda yang menghilang dari apotek. Sedangkan palu ini digunakan si pelaku untuk merusak gembok lemari." ujar Chung Hwan menjelaskan.

"Kenapa benda-benda ini ada di kamarku?" tanya Hwang Jung.

Kyu Hyun menuduh Hwang Jung.

"Itu tidak mungkin!" bela Jang Geun. "Ini konyol!"

"Sangat memalukan mengetahui bahwa pelakunya adalah salah satu dari kita." ujar Kim Don memprovokasi. Ia menunjuk gliseron dan mengambil palu. "Palu ini milikmu, bukan?"

Nang Rang mengangkat kepalanya dan melihat Kim Don. "Palu itu milik Kim Dom." kata Nang Rang lemah. "Aku melihatnya." Nang Rang mendongak menatap Kim Don. "Kau memegang palu itu saat masuk ke kamar Tuan Hwang."

Hwang Jung menurunkan Nang Rang.

Kim Don mengancam dengan menggunakan palu, membuat semua orang mundur.

Hwang Jung mendekatinya perlahan-lahan.

Kim Don melarikan diri, dan Hwang Jung mengejarnya.

Mereka berdua berkelahi. Kim Don mencekik leher Hwang Jung dan mencoba memukulkan palu ke kepala Hwang Jung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar